Rabu, 24 April 2019

BELAJAR KERIS HB


sarasehan wangkingan dalem karaton ngayogyakarta hadiningrat

BELAJAR KERIS HB





 pemateri BP Boedhi Aditya bhakti sedang menjelaskan perbedaan keris HB V dengan HB I

para peserta sarasehan

ust. salim dan mas sujatmiko

mas arry manggala memperhatikan leng lengan warangka

suasana santai sarasehan

diskusi ringan setelah sarasehan selesai

memperhatikan warangka

suasana sarasehan

diskusi ringan setelah sarasehan


memperhatikan pusaka

membandingkan keris HB dengan ngentha entha

tambahan dari KRT. Kusumanegara

Senin, 22 April 2019

KERIS YOGYAKARTA

KERIS YOGYAKARTA
kegiatan rutin belajar bersama setiap bulan diadakan oleh pametriwiji semenjak tahun 1983

kegiatan bulan maret 2019 tepatnya  tanggal 29 maret 2019 bertempat di dalem Poespadiningratan, dengan materi " Keris Adiluhung " materi disampaikan oleh KRT. Projokardono , didampingi oleh Victor MH

rangakaian acara rutin
1. materi
2. tanya jawab
3. nanting pusaka, dalam menanting pusaka ini akan praktek langsung melihat keris beserta contohnya, dijelaskan dengan gamblang tanpa ada tendensi apa apa sehingga semua bisa mendapat ilmu pengetahuan keris yang sebenarnya
tampak mas peppy yogya , pak yogi klaten  dan pak sutar semarang, berbincang akrab setelah sarasehan, beliau beliau merupakan pelaku perkerisan.

  salah satu sesi konsultasi bersama KRT. Projokardono  setelah sarasehan

tampak ketua pametriwiji KRT. Kusumanegara bersama Kanjeng balad (bupati makam imogiri) sedang mendengarkan dengan khusu'

foto dengan UST. Salim A Fillah 

para relawan patehan, ada pak dosen Wahyu Padmana, mas Arry manggala, pak sarjono 

suasana sarasehan santai



peserta sarasehan

diskusi hangat setelah sarasehan

acara nanting keris dipandu oleh KRT Projokardono dan Victor MH

Mpu Karyodikromo

KERIS PAKUALAMAN
MPU PAKUALAMAN

Empu yang namanya kurang dikenal masyarakat.

Groneman dalam bukunya tetang keris Jawa menyebutkan dua orang Empu Puro Pakualaman pada awal abad ini. 
Mereka adalah Ng. Karyodikromo dan Mas Supotaruno. 

Sebuah sumber lain mengatakan, di jaman Paku Alam IV (1864-1978) terapat seorang pandai besi di Kulonprogo yang dikenal bagus karyanya.
Ia kemudian diangkat menjadi abdi dalem Puro dan disuruh membuat keris, ternyata berhasil.
Kemudian pandai besi itu mendapat nama Empu Ngabehi Karyocurigo I, nama karyocurigo biasanya digunakan setelah mendapat kalenggahan,
Anaknya, Karyocurigo II meneruskan profesi ayahnya sebgai Empu Puro Pakualaman. Nama karyocurigo terus digunakn kepada anak anaknya setelah mendapat kalenggahan, hal seperti ini lazim digunakan di jogjakarta, sampai mpu terakhir karyocurigo 6 dengan asma timur karyodikromo. Menurut keterangan salah satu cucu Mpu karyodikromo yang menempati rumah mpu karyodikromo saat ini, mpu karyodikromo sudah tidak membuat keris untuk PA, hanya pesanan sentana dalem PA dan dari pemesan luar PA (dr.isaac g dll) , itu pun selalu di pantau oleh pihak kraton yogyakarta,karya karya mpu pakualaman sangatlah berbeda beda bahkan cenderung tidak ada ciri yang tetap karena terikat norma dengan kraton yogyakarta, agar tidak "ngembari" kraton yogya (karena hanya raja yg berhak memiliki tangguh, ringin kurung, dsb)selain karena pakualman adalah "kadipaten mardhika" juga berhubungan dengan keamanan politis pada saat itu. Bahkan besalen pembuatannya pun berada diluar benteng puro PA. selain mempunyi mpu sendiri menurut catatan s. Lumintu PA juga memesan keris kepada mpu ngentha entha untuk berbagai keperluan.

Disamping itu ada lagi Empu Joyokaryo yang juga menjadi pendiri dinasti empu Pakualaman yang belum ditemukan kelanjutannya.

Karya Empu Pakualaman ini dapat dilihat di Anjungan Mataram, Taman Mini Indonesia Indah Jakarta(?). Beberapa waktu lalu saya kesana sepertinya sudah tidak ada..entah kemana, atau mungkin saya yg ndak lihat karena terburu buru.

Hingga saat ini khazanah keris pakualman cenderung tertutup karena berbagai hal, semoga suatu saat bisa terbuka untuk pembelajaran bersama. Amin..

Ketiga keris diatas terlihat identik yang mungkin dibuat oleh 1 Mpu Yaitu Mpu Karyodikromo III