KERIS TANGGUH HAMENGKU BUWONO VII
Kepiawaian
Sri Sultan Hamengku Buwono VII membawa Kraton Yogyakarta serba kecukupan, maka sri Sultah Hamengku
Buwana VII sering dijuluki sebagai ratu pinter, ratu sugih, ratu mulya,
sinuyudan kadang sentana saha kawula. Figure raja yang ideal, raja yang
paripurna, yang maknanya semua tahap kehidupan bias dilalui dengan baik,
semenjak menjadi bekel jajar, hingga jadi raja, kemudian pinandhita sampai
beliau mangkat.
Pasikutan
keris karya Sri Sultan Hamengku Buwono VII sangatlah lengkap dan menarik, yaitu
abandha-abandhu, mukti, wibowo, rahayu, slamet,. Bila diibaratkan tokoh
pewayangan adalah Bima. Sehingga keris karya Sri Sultan Hamengku Buwana VII banyak
diminati oleh para penggemar tosan aji, karena ingin napak tilas sugeng dalem
sang adinata.
Keris
krya Sri Sultan Hamengku buwono VII merupakan kombinasi dari beberapa tangguh
1. Nangguh
Tuban, yaitu bagian sor-soran, ketebalan, dan lebarnya bilah
2. Nangguh
Mataram, yaitu bagian wadidang dan ganja membat
3. Nangguh
HB I, yaitu blegernya serba nglawehi, tanpa meninggalkan aspek keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan(proporsional)
Besi
sangat bagus, besinya pulen, kencang, klasifikasi besi termasuk nyabak,
sedangkan pamornya sangat variatif, ada yang mlumah ada yang miring, bahannya
dari meteor prambanan yang jatuh pada akhir abad ke 18.
Abdi
dalem Empu yang Terkenal pada saat itu adalah Ki Lurah Empu Supadahana, Ki
Lurah Mpu Pawiradahana
Victor
MH, 2016
Dikutip
dari makalah pametri wiji 10 oktober tahun 2009
Foto.
Keris Kyahi Wisadahana (gambar berkemalo merah) dan keris koleksi museum SONOBUDOYO Yogyakarta yang satu jenis dan satu era (Hibah dari Kraton Yogyakarta)
Tangguh
Hamengku Buwana VII