Tampilkan postingan dengan label Pamor munggul. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pamor munggul. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Juli 2023

OLAHRAGA LEMPAR PISAU DAN KAPAK YOGYAKARTA

 LATIHAN OLAHRAGA LEMPAR PISAU DAN KAPAK YOGYAKARTA , latihan dilakukan oleh PISAUMU, setiap minggu pagi dan rabu sore setelah ashar dilakukan di lapangan latih ngaglik disebelah masjid ahmad dahlan









Selasa, 15 Maret 2022

PAMOR MUNGGUL

Pamor yang terlupakan Pamor munggul Pamor munggul adalah sebuah pamor klasik, bisa digolongkan dengan pamor tiban/titipan. Tidak terencana dan tidak setiap bilah memilikinya, bahkan cenderung terbatas. Seingat saya saya hanya pernah lihat 2x tosan aji berpamor munggul. Dan dua duanya merupakan tosan aji yang serius dalam bahan maupun garapnya . Dalam kelangkaannya pada tosan aji di jawa (pada umumnya, jika ada yang berpamor munggul) Pamor munggul biasanya tidak didapati dalam tosan aji yg "keduniawian" jika ada maka ditemui dalam dapur dur yg prasaja, dan pamor pamor yang sederhana. Seperti wos wutah, ngulit semangka dan lain lain, tidak dalam pamor ron genduru, blarak sineret dll . Ada beberapa teori yang menyebabkan terkadinya pamor ini, yang pertama adalah karena ada gumpalan komposisi pamor yang memadat sehingga ketika bilah terkorosi maka pamor tetap, sehingga menonjol keluar. Yang kedua gumpalan pamor tersebut keluar dari sela bilah. Gumplan pamor tersebut berbentuk seperti tetesan air, atau ada yang menyebut seperti "tahi lalat". Entah kenapa pamor munggul hanya disukai kalangan tua dan tidak banyak cerita isoteri atau khasiat nya. Apakah karena sesuatu yang dalam, atau karena tidak "dekoratif" saja seperti pamor yang lain seperti pamor akhodhiyat atau pamor raja gundala.mungkin dari namanya yang secukupnya "munggul" kita bisa meresapi makna dibaliknya, tidak se seram nama raja gundala atau akhodhiyat. Jika dirunut keatas semakin tua nama pusaka atau pamor semakin sederhana dan dalam juga namanya. Semakin muda semakin "vulgar " Sebutlah KKA Kopek, K. Dukun, K. Bedhudak, K. Slamet. K. Pacar Dst. Nama nama yang lebih "muda" terkesan lebih sangar sebutlah K. Wisa Dahana. K. Kalamercu , K. Jaka Pengasih, K. Teja Warih milik ustadz Salim A. Fillah Empat dst. Kadang dari nama saja para sesepuh di kraton sudah tahu apakah nama itu nama kuno, nama nem neman ,nama baru atau nama yang dibuat buat tanpa kaidah. Apakah begitu juga nama dhapur dan pamor? Semoga tulisan yang kacau ini bermanfaat, dalam kurun beberapa tahun ini rekan rekan perkerisan sudah mau me uliskan pengetahuan dan atau pengalamannya, sebuah kemajuan bagus yang patut diapresiasi, tetap semangat dan jangan putus asa. Terlampir sebilah tombak lurus , bertangguh mataram amangkurat dengan pamor ngulit semangka dan wahyu tumurun pada sorsorannya, serta titipan kemungkinan pamor munggul pada methuknya.

Jumat, 15 Juli 2016

KERIS HAMENGKU BUWANA VII YOGYAKARTA



KERIS TANGGUH HAMENGKU BUWONO  VII
Kepiawaian Sri Sultan Hamengku Buwono VII membawa Kraton Yogyakarta  serba kecukupan, maka sri Sultah Hamengku Buwana VII sering dijuluki sebagai ratu pinter, ratu sugih, ratu mulya, sinuyudan kadang sentana saha kawula. Figure raja yang ideal, raja yang paripurna, yang maknanya semua tahap kehidupan bias dilalui dengan baik, semenjak menjadi bekel jajar, hingga jadi raja, kemudian pinandhita sampai beliau mangkat.
Pasikutan keris karya Sri Sultan Hamengku Buwono VII sangatlah lengkap dan menarik, yaitu abandha-abandhu, mukti, wibowo, rahayu, slamet,. Bila diibaratkan tokoh pewayangan adalah Bima. Sehingga keris karya Sri Sultan Hamengku Buwana VII banyak diminati oleh para penggemar tosan aji, karena ingin napak tilas sugeng dalem sang adinata.
Keris krya Sri Sultan Hamengku buwono VII  merupakan kombinasi dari beberapa tangguh
1.      Nangguh Tuban, yaitu bagian sor-soran, ketebalan, dan lebarnya bilah
2.      Nangguh Mataram, yaitu bagian wadidang dan ganja membat
3.      Nangguh HB I, yaitu blegernya serba nglawehi, tanpa meninggalkan aspek keserasian, keselarasan, dan keseimbangan(proporsional)
Besi sangat bagus, besinya pulen, kencang, klasifikasi besi termasuk nyabak, sedangkan pamornya sangat variatif, ada yang mlumah ada yang miring, bahannya dari meteor prambanan yang jatuh pada akhir abad ke 18.
Abdi dalem Empu yang Terkenal pada saat itu adalah Ki Lurah Empu Supadahana, Ki Lurah Mpu Pawiradahana

Victor MH, 2016
Dikutip dari makalah pametri wiji 10 oktober tahun 2009
Foto. Keris Kyahi Wisadahana (gambar berkemalo merah) dan keris koleksi museum SONOBUDOYO Yogyakarta yang satu jenis dan satu era (Hibah dari Kraton Yogyakarta)
Tangguh Hamengku Buwana VII