Kamis, 13 September 2018

CARA MENJAMAS KERIS

cara menajamas keris
Mengulang tulisan lama yang sudah ada
MENJAMAS TOSAN AJI
Bahan dan Alat :
Bahan -bahan yang diperlukan adalah :
• Air, terbaik air tanah / sumur, karena air PAM mengandung kaporit.
• Air perasan buah jeruk nipis / pecel (Citrus au-rantifolia); berguna untuk menghilangkan karat dan melarutkan warangan. Yang terbaik adalah jeruk pecel jawa, bukan lemon / bangkok. Kupaslah ku-litnya sebelum diperas, karena kulit jeruk me-ngandung minyak yang dapat menggangu proses marangi. Jangan diencerkan dengan air !
• Warangan (Arsen) ; beracun; berguna untuk mengawetkan tosan aji dan mengeluarkan pamor. Yang terbaik warangan alam, berwarna merah jingga berbentuk kristal. Tetapi warangan alam sulit dicari dan mahal harganya. Sebagai penganti, digunakan warangan apotek/kimia yaitu Arsenic Trioxide (As2O3) yang dapat dibeli di toko bahan kimia. Tumbuk halus warangan, dan campur ± 1 sendok teh bubuk warangan dengan 100cc air jeruk nipis. Endapkan minimal 1 jam. Sebelum digunakan, campur larutan warangan yang baru dibuat dengan sisa warangan lama yang telah digunakan secukupnya.
• Air kelapa; berguna untuk menghilangkan karat membandel pada tosan aji yang sangat kotor.
• Lerak; berguna untuk menghilangkan sisa minyak lama, sebagai pengganti dapat digunakan sabun.
• Minyak Pusaka; berguna untuk meminyaki tosan aji supaya tidak mudah berkarat. Merupakan cam-puran minyak kelapa dengan bibit minyak wangi (cendana, melati, mawar, dll). Minyak kelapa mu-dah menimbulkan jamur, karena itu sebagai peng-ganti sering digunakan minyak mesin jahit/singer atau minyak paraffin.
Alat yang digunakan :
• Kuas 2 buah, satu untuk menguaskan warangan, satu untuk menguaskan minyak. Jangan men-campur kuas untuk mewarangi dan untuk memi nyaki !
• Sikat 3 buah, satu untuk membersihkan dan memutihkan tosan aji, satu untuk mengebat/ mengoleskan air, satu untuk membersihkan kawul (bila menggunakan kawul). Dapat menggunakan sikat gigi.
• Blandongan / telawah, wadah untuk merendam tosan aji yang telah berkarat.
• Kawul / serutan bambu : untuk mengeringkan bilah. Bila tidak ada dapat diganti kain lap.
III. Pelaksanaan Proses Marangi
Tahap-tahap pelaksanaan marangi tosan aji terdiri dari tahap persiapan, memutihkan tosan aji, mewarangi, dan memberi minyak.
Persiapan
Pada tahap ini, sisa minyak lama dan karat yang tebal dihilangkan.
Lepaskan deder/hulu keris dan mendhak/ cincin keris dari bilah. Gunakanlah lerak atau sabun untuk menghilangkan minyak, dan bila karat pada bilah sangat tebal, rendamlah tosan aji dengan air kelapa dalam telawah / blandongan. Usahakan agar seluruh bilah tosan aji terendam. Biarkan tosan aji terendam paling tidak selama 1 malam. Sikat bilah yang telah direndam, dan bila karat di permukaan bilah masih tebal, lanjutkan rendaman, tetapi selalu lihat dan sikatlah setiap hari. Merendam tosan aji da-lam air kelapa dalam waktu yang terlalu lama dapat menyebabkan rusaknya bilah, karena itu lakukan pe-rendaman hanya bila dianggap perlu. Perendaman juga dapat dilakukan bila warangan lama sulit di-hilangkan.
MUTIH
Memutihkan tosan aji merupakan kunci dari keberhasi-lan proses marangi. Pada tahap ini, warangan lama serta bibit-bibit karat dihilangkan,sehingga bilah tosan aji menjadi putih bersih.
Setelah minyak dan tumpukan karat hilang, maka proses memutihkan bilah dapat dilakukan. Keringkan-lah bilah terlebih dahulu, kemudian ambil air jeruk dengan ujung sikat, dan sikatlah bilah tosan aji dengan merata. Setelah air jeruk merata di per-mukaan bilah, diamkan bilah hingga berwarna kuning kehijauan. Pada saat didiamkan, usahakan tidak ada sesuatu yang menempel pada permukaan bilah. Untuk itu, bilah dapat disandarkan berdiri pada rak/jlagrag atau dinding, atau dengan posisi lain yang memung-kinkan. Setelah warna kuning kehijauan merata pada bilah, sikatlah bilah perlahan-lahan tetapi pandes. Diamkan kembali bilah hingga kembali kuning kehi-jauan dan merata. Kemudian sikatlah kembali. Bila bilah menjadi kering, sikatkan kembali sisa tetesan air jeruk yang kehitaman, bila kurang dapat ditambahkan air jeruk secukupnya saja. Campurkan air jeruk yang baru dengan air jeruk lama yang kehitaman. Ulangi terus proses ini hingga seluruh sisa warangan lama dan bibit karat hilang, dan bilah menjadi putih seperti aluminium / stainless steel. Setelah bilah dianggap cukup bersih, cuci dengan air dan lerak. Sikatlah per-mukaan bilah, hingga sisa air jeruk benar-benar hilang dan kemudian keringkan bilah.
Pada saat pertama kali menyikat dengan jeruk dan mendiamkan, seringkali bilah menjadi hitam. Bila hal itu terjadi, jangan panik. Biarkan saja bilah menjadi hitam, untuk kemudian menjadi kuning kehijauan. Bila anda menambahkan air jeruk baru ketika bilah menjadi hitam, justru bilah tosan aji akan semakin hitam dan semakin sulit diputihkan!
MARANGI
Setelah tosan aji diputihkan dengan baik, proses se-lanjutnya adalah mewarangi. Dengan mewarangi secara benar, bilah tosan akan menjadi tahan ter-hadap karat dan indah, karena pamor yang berwarna putih akan terlihat kontras dengan dasar besi tosan aji yang berwarna hitam karena warangan.
Untuk mewarangi bilah tosan aji, peganglah bilah pa-da bagian pesinya. Celupkan ujung kuas ke dalam larutan warangan, kemudian sapukan warangan secara merata pada permukaan bilah dengan kuas tersebut. Setelah merata, biarkan bilah dalam posisi berdiri, sehingga kelebihan warangan akan menetes ke bawah, dan bilah sedikit demi sedikit menjadi kea-bu-abuan. Setelah warna keabuan merata, segera siram bilah tosan dengan air dan sikatlah/kebat dengan air hingga sisa larutan warangan benar-benar hilang. Keringkan bilah, dan ulangi kembali pemberian warangan hingga didapat warna hitam yang di-inginkan. Kemudian keringkanlah bilah tosan aji dengan kain lap, dan angin-anginkan hingga kering betul.Bila proses memutihkan dan mewarangi tosan aji dilakukan dengan baik, maka akan didapat bilah yang bersih dari karat, pamor yang terlihat kontras dan in-dah, serta tahan terhadap serangan karat.
Kegagalan yang sering terjadi dalam proses marangi biasanya adalah belang (warna hitam tidak rata), nga-dal ijo (bilah menjadi hitam kehijauan), atau gosong (terlalu hitam, sehingga pamor juga ikut hitam). Bila hal tersebut terjadi, maka proses marangi sebaiknya diulangi kembali beberapa hari kemudian.Untuk dapat
memarangi dengan baik, diperlukan latihan dan pen-galaman, selain kesabaran dan konsentrasi yang ting-gi.
Meminyaki Tosan Aji.
Setelah tosan aji benar-benar kering, tahap terakhir adalah meminyaki tosan aji dengan minyak pusaka. Minyakilah tosan aji dengan kuas khusus untuk meminyaki. Sapukan minyak tipis-tipis pada per-mukaan bilah, jangan terlalu tebal. Minyak yang ber-lebih dapat merusak warangka / sarung tosan aji. Setelah diminyaki, jangan segera memasukkan tosan aji ke dalam warangka/sarung, tetapi angin-anginkanlah dulu hingga agak kering dan minyak yang berlebih hilang.
IV. Beberapa Tips Marangi dan Perawatan Tosan Aji
• Persiapkanlah seluruh bahan dan alat yang diper-lukan sebelum mewarangi, sehingga kita dapat melakukan marangi dengan tenang dan lancar.
• Lakukan proses memutihkan pada malam hari atau pagi hari sebelum matahari terbit, karena panas matahari menyebabkan air jeruk cepat ke-ring, sehingga proses memutihkan menjadi sulit.
• Lakukan proses mewarangi pada pagi sampai siang hari, karena reaksi warangan pada bilah di-pengaruhi oleh sinar matahari. Matahari di sore hari kurang baik untuk mewarangi.
• Carilah tempat mewarangi yang cukup terkena sinar matahari, tetapi tidak langsung, serta cukup mendapat angin untuk mencegah uap warangan terhirup oleh kita.
• Gunakanlah minyak pusaka yang encer, untuk mencegah tertutupnya pori-pori bilah dan mencegah bilah cepat kotor.
• Jangan menyentuh bilah tosan aji yang telah ber-sih, karena bekas jari/keringat akan memudahkan timbulnya karat.
• Marangi berlebihan dapat merusak bilah. Bila bilah masih bersih, cukup diminyaki/dijamas saja.
foto terlampir acara jamasan tombak pusaka Kota Yogyakarta tahun 2017 Kyahi Wijayamukti.

Selasa, 11 September 2018

membuat pisau lempar

proses pembakaran pisau milik Victor MH

pisau lempar baru keluar dari tungku

proses menyepuh pisau oleh Victor MH, dibawah arahan mas Aan Bokken.

salah satu proses paling penting dalam pembuatan pisau lempar adaalah penyepuhan, jika menyepuhnya terlalu tua maka akan mudah patah, bila menyepuhnya terlalu muda maka akan mudah bengkok. oleh karena itu membutuhkan suhu yang pas dalam menyepuh, juga media yang pas dalam menyepuh. 

Senin, 10 September 2018

Victor MH dalam liputan Oleh Tribun Yogya

Victor MH dalam liputan Oleh Tribun Yogya 

TIPS LEMPAR PISAU UNTUK PEMULA


TIPS LEMPAR PISAU UNTUK PEMULA
mari disimak penjelasannya


tips disampaikan oleh coach Yolandra kusuma bayu, coach Yolandra Kusuma bayu dan Coach Victor MH adalah dua instruktur utama JFM (Jogja Flying Metal)
Victor MH dan Yolandra K. Bayu

lempar pisau satpol pp jogja



tutorial cara melempar pisau oleh instruktur nasional lempar pisau Victor MH
disampaikan dalam pelatihan Satpol PP DIY di Kaliurang.

memberikan penjlasan kepada anggota Satpol PP DIY

aan bokken, GBPH Yudhaningrat, Victor MH memegang pisau

bersama team lainnya dari GMTC dan SEMAR

Rabu, 05 September 2018

KERIS TANGGUH PAKUALAMAN

KERIS TANGGUH PAKUALAMAN

keris pelayan
Pada jaman dahulu leluhur kita sangatlah halus pikiran dan perbuatannya, segala tindak tanduk dan tingkah laku dipikirkan matang matang, ditimbang baik dan buruknya baru kemudian dilakukan. Pun juga aturan aturan saat itu berdampingan dengan norma dan berhubungan dengan hukum, ada beberapa peraturan tidak tertulis maupun tertulis yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari pada lingkungan masyarakat ataupun lingkungan instansional, salah satunya adalah hirarki jabatan "tidak boleh lebih baik dari atasannya" , para abdi dan masyarakat lainnya menahan diri untuk tidak memakai pakaian atau perhiasan lebih baik daripada atasannya, sungguh sebuah pengendalian diri yang hebat. Selain juga karena mungkin bisa disita oleh juragannya hehe.. dan sebagian hal itu sampai sekarang masih berlanjut. Dalam hal keris juga berlaku , pada masa lalu ketika hendak menghadap atasannya keris yang dipakai menjadi pertimbangan, jangan sampai terlihat lebih bagus daripada milik atasannya tetapi juga jangan sampai keris yang dipakai adalah keris asal asalan karena akan merendahkan hargadirinya sendiri yang tentunya juga dianggap menghina atasannya. Demikian juga berlaku pada kerajaan , ketika raja menjamu tamu kerajaan tentunya juga mempertimbangkan hal itu, maka kemudian biasanya para abdi yang bertugas melayani dipinjami seragam ampilan yang "pas" ,seragam yang tidak terlalu mencolok dan tidak terlalu lusuh. Termasuk didalamnya keris, keris yang digunakan biasanya serempak/kompak, keris tersebut dibuat secara massal sejumlah pelayan, di kraton yogya sendiri cukup terbuka sehingga masyarakat mengenal keris sewidakan, yaitu 60 bilah keris dengan dapur pamor dan perabot yang sama, tidak terlalu bagus tetapi tidak terlalu buruk, dibuat secukupnya karena hanya untuk pelayan, tetapi karena yang membuat adalah Mpu pinilih maka jadinya walaupun kerisnya hanya "cukup" tidak sebaik keris keris pusaka para kanjengnya tetap terlihat sebagai keris yang baik dimata masyarakat. Pun juga pakualaman, hanya saja pakualaman sangat tertutup sehingga kepaten obor pada masa perjuangan dahulu. Belum ada kemudian buku yang mengulasnya.
Terlampir foto sebilah keris pelayan dari pakualaman, dan masih banyak lagi yang tergeletak di dalam lingkungan puro PA maupun sentana dalem PA dengan kondisi yang kurang terawat, entah karena belum sempat dibuatkan sandangan atau pun karena kerisnya belum selesai dikerjakan. Wallahualam
keris lurus dapur jalak dengan pamor largangsir lembut dan ngindhen dengan titipan silak hitam pada tengah bilah sebanyak 9 buah lubang pada setiap sisi  bilah, sering juga disebut pamor "jalatunda"