Jumat, 27 Mei 2022

KERIS TANGGUH HB II

KERIS TANGGUH HB II
Sultan HB II Lahir di lereng Gunung Sindoro pada tanggal 7 Maret 1750 dari permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku Buwono I, ia diberi nama kecil Raden Mas (RM) Sundoro dan Wafat pada Pada tanggal 3 Januari 1828 (15 Jumadilakir 1755). Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah satu satunya raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah selama tiga periode, yaitu 1792 – 1810, 1811 – 1812, dan 1826 – 1828. Sultan HB II sering disebut sebagai Sultan sepuh. Karena selama selang beliau tidak menjabat diselipi dengan pemerintahan putra beliau yaitu HB III. Pergantian pertama akibat dari rangkaian masalah dengan Belanda salah satunya terkait dengan pengubahan peraturan pemerintahan sehingga Daendels sendiri datang ke Yogyakarta membawa 3300 pasukan untuk menekan Sri Sultan Hamengku Buwono II. dan Sultan Hamengku Buwono II dipaksa turun tahta dan digantikan oleh putra mahkotanya RM. Surojo sebagai Hamengku Buwono III pada tanggal 31 Desember 1810. Tahun 1811 Belanda dikalahkan oleh Inggris sehingga sultan HB II dapat kembali naik tahta untuk kedua kalinya, menggantikan putranya yang belum cukup umur tersebut dan mengeksekusi patih Danurejo II yang terbukti berseongkol dengan belanda. Karena tidak mau bekerjasama dengan inggris yang dianggap merugikan yogyakarta Sultan HB II kemudian berhadapan dengan Letnan Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles, Keraton Yogyakarta diserang oleh prajurit gabungan pasukan inggris dan aliansinya termasuk pasukan Sepoy asal India pada tanggal 20 Juni 1812. Akibat gempuran tersebut, keraton diduduki, dan Sri Sultan Hamengku Buwono II ditangkap dan kemudian diasingkan ke Pulau Pinang hingga tahun 1815. Pada tanggal pada tanggal 9 Agustus 1816 inggris kemabli menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda Setelah ditinggal Sultan HB II kondisi Yogyakarta dan jawa memanas, salah satunya dengan adanya perang jawa oleh pangeran Diponegoro, belanda menyadari peran HB II untuk meredam Perang Jawa, kemudian memulangkan sultan HB II ke Yogyakarta dan pada tahun, 20 September 1826 kembali melantik Sultan HB II untuk ketigakalinya. Sultan HB II terkenal ulung dalam berpolitik dan piawai dalam berperang, berkepribadian teguh cenderung keras, jujur dan tegas seperti halnya prajurit, karakter beliau kemudian dituangkan dalam berbagai peninggalan beliau, sultan HB II meninggalkan banyak karya, baik di bidang keprajuritan, bangunan , wayang dan karya sastra tulis, sebut saja babad Babad Nitik Ngayogya dan Babad Mangkubumi, serat Baron Sekender dan serat yang legendaris serat Suryaraja. Dalam catatan Inventaris HB V Sultan HB II membabar pusaka berupa Keris yang Bernama Kanjeng Kyahi Nagapuspita berdhapur sengkelat cinarita ber warangka trembalo dan pendhok emas ronyak. Sultan HB II Juga membuat wanda,deder yang saai itu maupun saat ini disukai baik kalangan kraton maupun luar kraton yaitu wanda Taman . Keris era HB II sangat jarang dibahas karena kondisi yang saat itu banyak perubahan dan juga kondisi politik yang bergejolak. Sehingga sangat jarang dibahas tentang tosan aji tangguh HB II walau nyata nyatanya ada dan tinggalan beliau bisa dilihat cukup menonjol dibandingkan sultan Yogyakarta yang lain. Masa pemerintahan HB II masih 1 waktu dengan pemerintahan HB III, HB IV dan HB V dan dimungkinkan Mpu yang mengerjakan masih 1 “klan” atau Bahkan masih ada campur tangan dari Mpu sebelumnya. Sehingga keris yang dihasilkan HB II diperkirakan Mirip dengan pembuatan Keris HB I dan HB V. keris Yasan HB I hingga HB V Dikenal wingit dan “nyepuhi”. Dan keris yang dihasilkan kraton Yogyakarta dari masa HB II hingga HB IV sering dikatakan keris” HB sepuh” tidak banyak perbedaan dalam pembuatannya, sehingga sering keris keris kemudian kurang dikenal hanya pasikutan atau karakter yang membedaka. Yang kemudian dikenal adalah beberapa keris yang mempunyai perbedaan yang cukup khas diantaranya tangguh HB I, HB V, HB VII dan HB VIII. Gambar terlampir sebilah keris lurus berdhapur tilam upih (setidaknya sekarang dikenal begitu) dengan pamor wahyu tumurun yang kemungkinan bertangguh HB II, secara keseluruhan ricikan pasikutanya menyerupai HB I dan HB V dengan karakter yang terkesan “tua dan keras” blumbangan masih mbata rubuh, pesi agak ketengah, pasikutan secara umum menyerupai keris sepuh (dan memang keris Yogyakarta terutama HB I sampai HB V mengadopsi gaya pajajaran, tuban, majapahit dan mataram). Victor MH 2022, tulisan dan foto ini sebagai pengantar untuk meraba keris Tangguh HB II. Sambal menunggu terbitnya buku keris Yogyakarta oleh PAMETRIWIJI dan Buku Saku Keris Yogyakarta Oleh dinas Kebudayaan DIY.

Senin, 14 Maret 2022

PAMOR MUNGGUL

Pamor yang terlupakan Pamor munggul Pamor munggul adalah sebuah pamor klasik, bisa digolongkan dengan pamor tiban/titipan. Tidak terencana dan tidak setiap bilah memilikinya, bahkan cenderung terbatas. Seingat saya saya hanya pernah lihat 2x tosan aji berpamor munggul. Dan dua duanya merupakan tosan aji yang serius dalam bahan maupun garapnya . Dalam kelangkaannya pada tosan aji di jawa (pada umumnya, jika ada yang berpamor munggul) Pamor munggul biasanya tidak didapati dalam tosan aji yg "keduniawian" jika ada maka ditemui dalam dapur dur yg prasaja, dan pamor pamor yang sederhana. Seperti wos wutah, ngulit semangka dan lain lain, tidak dalam pamor ron genduru, blarak sineret dll . Ada beberapa teori yang menyebabkan terkadinya pamor ini, yang pertama adalah karena ada gumpalan komposisi pamor yang memadat sehingga ketika bilah terkorosi maka pamor tetap, sehingga menonjol keluar. Yang kedua gumpalan pamor tersebut keluar dari sela bilah. Gumplan pamor tersebut berbentuk seperti tetesan air, atau ada yang menyebut seperti "tahi lalat". Entah kenapa pamor munggul hanya disukai kalangan tua dan tidak banyak cerita isoteri atau khasiat nya. Apakah karena sesuatu yang dalam, atau karena tidak "dekoratif" saja seperti pamor yang lain seperti pamor akhodhiyat atau pamor raja gundala.mungkin dari namanya yang secukupnya "munggul" kita bisa meresapi makna dibaliknya, tidak se seram nama raja gundala atau akhodhiyat. Jika dirunut keatas semakin tua nama pusaka atau pamor semakin sederhana dan dalam juga namanya. Semakin muda semakin "vulgar " Sebutlah KKA Kopek, K. Dukun, K. Bedhudak, K. Slamet. K. Pacar Dst. Nama nama yang lebih "muda" terkesan lebih sangar sebutlah K. Wisa Dahana. K. Kalamercu , K. Jaka Pengasih, K. Teja Warih milik ustadz Salim A. Fillah Empat dst. Kadang dari nama saja para sesepuh di kraton sudah tahu apakah nama itu nama kuno, nama nem neman ,nama baru atau nama yang dibuat buat tanpa kaidah. Apakah begitu juga nama dhapur dan pamor? Semoga tulisan yang kacau ini bermanfaat, dalam kurun beberapa tahun ini rekan rekan perkerisan sudah mau me uliskan pengetahuan dan atau pengalamannya, sebuah kemajuan bagus yang patut diapresiasi, tetap semangat dan jangan putus asa. Terlampir sebilah tombak lurus , bertangguh mataram amangkurat dengan pamor ngulit semangka dan wahyu tumurun pada sorsorannya, serta titipan kemungkinan pamor munggul pada methuknya.

Senin, 14 Februari 2022

Pamor untu walang. Salah satu pamor yang tergolong langka untuk tangguh sepuh, eh alhamdulillah masih menangi juga melihatnya di sebilah keris bertangguh pajajaran, dengan tintingan besi yang nyaring garing satu dua kali melihat keris sepuh dengan pamor untu walang biasanya bilahnya terkesan "ketuaan" alias wingit, proporsi bilahnya selalu seperti seorang orang tua yang kurus berbalut pakaian jawa rapi. Jarabng yg bilahnya gagah pideksa. Entah kenapa, apa karena memang tangguh tua dan pamor pamor klasik yg dihadapkan kewibawaannya atau mungkin ada perlakuan khusus kepada kerisnya, wallahualam. Kerisnya saya dapat belum kamanungsan, suasananya masih terjaga baik, dibalut juga dengan warangka yang bisa dikatakan terbuat dari kayu yang baik, peletnya jangkep dsri drpan, tengah dan belakang tak lupa menggunakan deder tayuman burus. Dengan kondisi seprti ini apakah sebelumnya keris ini dipusakakan ya? Sehingga mendapat perabot pusaka. Selamat siang sederek sekalian semoga hari ini semuanya lancar dan kita bahagia atas apa yg kita miliki dan kita angankan.

Selasa, 11 Januari 2022

isi keris

Keris yang masih isi atau tidak Keris yang masih hidup atau sudah mati Seperti yg sebelumnya, setiap benda merekam kejadian di sekitarnya, dan keris merupakan sebuh benda dengan tujuan tertentu sehingga segala sesuatunya disekelilingnya disiapkan sesuai tujuan itu, sehingga ketika kita melihat keris bagi yang merasakan, akan terlihat suasananya. Kemudian keris di buatkan warangka yang sesuai dan disimpan dengan rapat agar suasananya tidak "ngabar" dan redup. keris/tosan aji lainnya jika sering dikeluarkan maka suasana awalnya akan tercampur dengan suasana saat dia dikeluarkan, apalagi jika dibuka melewati berbagai tempat atau melewati terlalu banyak perlakuan dan suasana secara otomatis benda berwujud keris tersebut akan merekamnya. Oleh karena itu para leluhur demi mempertahankan "suasana hidup" atau mungkin disebut isi atau mungkin disebut aura atau lain lain selalu menjaga kerisnya dan tidak sembarang dikeluarkan, biasanya ada pameo "ojo kamanungsan" dan sekalipun dikeluarkan biasanya suasananya di setting agar tetap seperti tujuan keris tersebut. Sehingga tidak hanya bendanya suasananya pun tetap bisa terwariskan agar generasi selanjutnya masih bisa menangkap pesan suasana dari leluhurnya. Selamat pagi sederek semoga hari ini suasana hati kita selalu diliputi kebahagiaan. Merawat keris menurut ada kemiripan dengan merawat tanaman, kalau terlalu banyaj disirami maka tidak baik. selanjutnya , memang beberapa tosan aji baik keris pedang maupun tombak memang ada yang sangat kuat menyimpan suasana, bahkan hingga kemudian jika dipamerkan tidak segera hilng atau bercampur suasananya. ciri ciri pusaka yang kuat seperti itu sudah diajarkan turun temurun dalam ajaran pemilihan pusaka oleh leluhur . pada akhirnya kembali lagi ke pemilik untuk memperlakukan tosan ajinya sendiri, apakah kemudian dijaga suasananya sehingga tetap lestari, apakah kemudian difungsikan sebagai benda pamer dan pajangan sehingga dipajang pajang, atau di perlakukan seperti benda dagangan. semua tergantung pemilik masing masing, bagi kami pribadi sebagai penghayat perkerisan biasanya ada pertimbangan "wangun ora ?" cara seperti itu dalam memperlakukan tosan aji semoga bermanfaat, victor MH 2021 terlampir foto sebilah keris bertangguh demak.

persiapan sebelum melihat isi keris

PASIKUTAN ADALAH JEMBATAN ISOTERI ISI KERIS atau yang kadang disebut dengan ISOTERI pasikutan salah satu hal yang penting untuk melihat Tangguh, toya dan isoteri dari pusaka. pasikutan kadang diartikan karakter bagaimana caranya supaya bisa melihat pasikutan tanpa terganggu persepsi diri? pada dasarnya tetap pada 3 hal, 1. contoh yang benar 2. guru yang benar 3. literature yang benar dan valid. ketiga hal diatas sangat jarang bisa datang bersamaan,karena baik dipungkiri atau tidak ada “perjodohan” didalamnya. sambil menunggu itu perlu yang perlu kita siapkan adalah diri kita, dengan cara 1. berterimakasih terutama jika pemilik memperlihatkan TA beberapa pusaka yang masih hidup sering sekali disengker oleh pemiliknya sehingga akan sulit dilihat. dalam pemahaman Yogyakarta biasanya pusaka pusaka merupakan benda “masterpiece” dan mempunyai jasa atau sejarah kepada pemiliknya. mengeluarkan keris seperti itu atau bahkan sampai bisa mengambil gambarnya merupakan sebuah kesempatan yang langka. bahkan beberapa yang menghayati pusaka menganggap sebagai salah satu anugerah.rasa berterimakasih akan mematikan nafsu pengotor dalam fikiran, juga “membuka” hati kita dalam hal ini diperlukan untuk “merasakan” kehadiran pusaka dan membersihkan pandangan kita. dalam dunia perkerisan klasik jika sebilah keris atau TA dikeluarkan untuk dilihat kata katanya bukan “silahkan dilihat” tetapi silahkan “dirasakan”. 2. Sabar Sabar diperlukan dalam melihat pusaka . dari melihat pusaka tersebut ada banyak yang bisa dipelajari jika kita cukup tenang dan bersih, dipandang bahan, garap, ricikan, suasana. dinikmati dahulu dalam diam, dirasakan , jika belum paham baru kemudian berbicara. belajar sebisa mungkin dari pusaka pusaka seperti ini. pusaka seperti ini akan menghemat waktu belajar. pada dasarnya melihat pasikutan juga menuntut kejiwaan yang jernih, agar bisa melihat “bayangan” atau pasikutan yang termuat didalam TA tersebut. benda budaya yang dibuat dengan daya cipta rasa dan karsa tinggi memerlukan penerimaan yang bersih untuk bisa meterjemahkannya. 3. Sedikit bicara Salah satu yang agak menghambat adalah nafsu untuk “segera” bentuknya biasanya adalah berbicara banyak. bicara sering seringnya banyak menutup “penglihatan” nafsu akan ingin tahu ini sering menutup hal lain yang bisa kita pelajari, seperti saking inginnya makan enak kemudian kita terlalu banyak menambahkan bumbu , sehingga kadang rasa “asli” daging tersebut. terlalu banyak mengkoreksi kekurangan dan kelebihan dan proses dalam makanan tersebut juga sering membuat lupa “kenikmatan” makanan tersebut. oleh karena itu penting untuk sedikit bicara dan biarkan pengetahuan itu mengalir mendatangi kita tanpa terhambat oleh nafsu kita. demikianlah beberapa langkah yang mungkin bisa di lakukan untuk bisa melihat pasikutan, setelah terlihat semoga terbuka beberapa pintu penglihatan, sehingga apa yang dapat kita lihat bisa terlihat dan tidak tertutupi. dengan demikian kita tidak perlu lagi takut “tertembak” ,ketipu, salah memahari, salah menilai dalam hal tosan aji dan kehidupan. setiap TA yang ada di depan kita maupun mungkin blm dating akan “terbaca” . baru setelah hal pasikuta tersebut mungkin baru kita bisa memasuki yang dinamakan dengan “isoteri” . perlu untuk diketahui dhapur dan pamor adalah “sampul” dari pusaka, untuk membaca dalamnya apakah sesuai dengan judul atau tidak, ya memang harus belajar membaca, karena isinya dituliskan oleh Mpu yang memang sudah lebdha maka untuk membacanya kita juga memantaskan diri setidaknya walaupun belum sama lebdha untuk membacanya secara gambling namun cukup bersih untuk memahaminya. di lingkungan klasik kadang ada kata “ndelok ning ora weruh” semoga kita bisa terhindarkan dari situasi tersebut Tidak perlu terburu buru dalam belajar pusaka, terburu buru ya dikejar siapa Jangan mnunda nunda belajar pusaka, menunda nunda ya menunggu siapa Biarkan mengalir victor mh 2021, semoga bermanfaat

menikmati keris

Terlalu meributkan tentang tangguh, dhapur, pamor seringkali membuat lupa tentang apa itu keris sebenarnya. Lupa akan keindahan dan rasanya, seperti org yg terlalu banyak menelisik rasa makanan sehingga kadang lupa , makanan keasinan itu ada juga kenikmatannya. Makanan kemanisan itu juga ada kenikmatannya. Ikan asin, manisan dst mempunyai kekhasan sendiri sendiri dan fungsi sendiri sendiri. Tapi Berebut pembenaran adalah kondisi yang meramaikan dunia perkerisan itu sendiri. Sebuah keseruan yang tidak ada batasnya, sejak dahulu dan mungkin hingga kiamat. Diantara hiruk pikuk itu mari kita sejenak meninggalkan perdebatan dan kembali menikmati sebilah keris. Menikmati keindahannya, suasananya maupun menikmati diri kita sendiri dan keagungan Tuhan. Dan Jika sudah sampai pada saatnya cobalah tanyakan pada diri sendiri "jika tinggal saya sendiri di dunia ini, keris seperti apa yg akan saya pilih untuk menemani?" Semoga bermanfaat, victor mh 2022. Ilustrasi sebilah keris luk 5 pandhawa cinarita.