Pembekalan kepada Resimen Mahasiswa Mahakarta Satuan Menwa Uty sebelum mengikuti pelatihan di scaba magelang, pembekalan dengan materi lepar pisau dan kapak. dialakukan oleng PORLEMPIKA pengprov DIY yang diwakili oleh coach yolandra kusuma dan victor MH
Rabu, 05 April 2023
Senin, 03 April 2023
kontingen DIY Juara 1 olahraga lempar pisau dan kapak nasional di markas besar TNI CIlangkap
KEJUARAAN NASIONAL KE 2 PORLEMPIKA
dengan perolehan
Perolehan medali
2. Short range halfspin dewasa putra- perunggu
3. Long range halfspin dewasa putra - perak
4. Presecion mix technique
5. Presecion intensive mix technique ( beregu putra ) - perak
6. Presecion free technique beregu putra - emas
Resimen mahasiswa MAHAKRTA INSTIPER
sosialisasi oleharaga lempar pisau dan kapak kepada Resimen mahasiswa MAHAKRTA INSTIPER
11. februari 2023. sosilaisasi dari PORLEMPIKA pengprov DIY dilakuakan oleh coach victor mh dan coach bayu
Sabtu, 28 Mei 2022
KERIS TANGGUH HB II
KERIS TANGGUH HB II
Sultan HB II Lahir di lereng Gunung Sindoro pada tanggal 7 Maret 1750 dari permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku Buwono I, ia diberi nama kecil Raden Mas (RM) Sundoro dan Wafat pada Pada tanggal 3 Januari 1828 (15 Jumadilakir 1755).
Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah satu satunya raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah selama tiga periode, yaitu 1792 – 1810, 1811 – 1812, dan 1826 – 1828. Sultan HB II sering disebut sebagai Sultan sepuh. Karena selama selang beliau tidak menjabat diselipi dengan pemerintahan putra beliau yaitu HB III.
Pergantian pertama akibat dari rangkaian masalah dengan Belanda salah satunya terkait dengan pengubahan peraturan pemerintahan sehingga Daendels sendiri datang ke Yogyakarta membawa 3300 pasukan untuk menekan Sri Sultan Hamengku Buwono II. dan Sultan Hamengku Buwono II dipaksa turun tahta dan digantikan oleh putra mahkotanya RM. Surojo sebagai Hamengku Buwono III pada tanggal 31 Desember 1810.
Tahun 1811 Belanda dikalahkan oleh Inggris sehingga sultan HB II dapat kembali naik tahta untuk kedua kalinya, menggantikan putranya yang belum cukup umur tersebut dan mengeksekusi patih Danurejo II yang terbukti berseongkol dengan belanda. Karena tidak mau bekerjasama dengan inggris yang dianggap merugikan yogyakarta Sultan HB II kemudian berhadapan dengan Letnan Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles, Keraton Yogyakarta diserang oleh prajurit gabungan pasukan inggris dan aliansinya termasuk pasukan Sepoy asal India pada tanggal 20 Juni 1812. Akibat gempuran tersebut, keraton diduduki, dan Sri Sultan Hamengku Buwono II ditangkap dan kemudian diasingkan ke Pulau Pinang hingga tahun 1815. Pada tanggal pada tanggal 9 Agustus 1816 inggris kemabli menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda
Setelah ditinggal Sultan HB II kondisi Yogyakarta dan jawa memanas, salah satunya dengan adanya perang jawa oleh pangeran Diponegoro, belanda menyadari peran HB II untuk meredam Perang Jawa, kemudian memulangkan sultan HB II ke Yogyakarta dan pada tahun, 20 September 1826 kembali melantik Sultan HB II untuk ketigakalinya.
Sultan HB II terkenal ulung dalam berpolitik dan piawai dalam berperang, berkepribadian teguh cenderung keras, jujur dan tegas seperti halnya prajurit, karakter beliau kemudian dituangkan dalam berbagai peninggalan beliau, sultan HB II meninggalkan banyak karya, baik di bidang keprajuritan, bangunan , wayang dan karya sastra tulis, sebut saja babad Babad Nitik Ngayogya dan Babad Mangkubumi, serat Baron Sekender dan serat yang legendaris serat Suryaraja.
Dalam catatan Inventaris HB V Sultan HB II membabar pusaka berupa Keris yang Bernama Kanjeng Kyahi Nagapuspita berdhapur sengkelat cinarita ber warangka trembalo dan pendhok emas ronyak. Sultan HB II Juga membuat wanda,deder yang saai itu maupun saat ini disukai baik kalangan kraton maupun luar kraton yaitu wanda Taman .
Keris era HB II sangat jarang dibahas karena kondisi yang saat itu banyak perubahan dan juga kondisi politik yang bergejolak. Sehingga sangat jarang dibahas tentang tosan aji tangguh HB II walau nyata nyatanya ada dan tinggalan beliau bisa dilihat cukup menonjol dibandingkan sultan Yogyakarta yang lain. Masa pemerintahan HB II masih 1 waktu dengan pemerintahan HB III, HB IV dan HB V dan dimungkinkan Mpu yang mengerjakan masih 1 “klan” atau Bahkan masih ada campur tangan dari Mpu sebelumnya. Sehingga keris yang dihasilkan HB II diperkirakan Mirip dengan pembuatan Keris HB I dan HB V. keris Yasan HB I hingga HB V Dikenal wingit dan “nyepuhi”. Dan keris yang dihasilkan kraton Yogyakarta dari masa HB II hingga HB IV sering dikatakan keris” HB sepuh” tidak banyak perbedaan dalam pembuatannya, sehingga sering keris keris kemudian kurang dikenal hanya pasikutan atau karakter yang membedaka. Yang kemudian dikenal adalah beberapa keris yang mempunyai perbedaan yang cukup khas diantaranya tangguh HB I, HB V, HB VII dan HB VIII.
Gambar terlampir sebilah keris lurus berdhapur tilam upih (setidaknya sekarang dikenal begitu) dengan pamor wahyu tumurun yang kemungkinan bertangguh HB II, secara keseluruhan ricikan pasikutanya menyerupai HB I dan HB V dengan karakter yang terkesan “tua dan keras” blumbangan masih mbata rubuh, pesi agak ketengah, pasikutan secara umum menyerupai keris sepuh (dan memang keris Yogyakarta terutama HB I sampai HB V mengadopsi gaya pajajaran, tuban, majapahit dan mataram).
Victor MH 2022, tulisan dan foto ini sebagai pengantar untuk meraba keris Tangguh HB II. Sambal menunggu terbitnya buku keris Yogyakarta oleh PAMETRIWIJI dan Buku Saku Keris Yogyakarta Oleh dinas Kebudayaan DIY.
Selasa, 15 Maret 2022
PAMOR MUNGGUL
Pamor yang terlupakan
Pamor munggul
Pamor munggul adalah sebuah pamor klasik, bisa digolongkan dengan pamor tiban/titipan. Tidak terencana dan tidak setiap bilah memilikinya, bahkan cenderung terbatas. Seingat saya saya hanya pernah lihat 2x tosan aji berpamor munggul. Dan dua duanya merupakan tosan aji yang serius dalam bahan maupun garapnya . Dalam kelangkaannya pada tosan aji di jawa (pada umumnya, jika ada yang berpamor munggul) Pamor munggul biasanya tidak didapati dalam tosan aji yg "keduniawian" jika ada maka ditemui dalam dapur dur yg prasaja, dan pamor pamor yang sederhana. Seperti wos wutah, ngulit semangka dan lain lain, tidak dalam pamor ron genduru, blarak sineret dll .
Ada beberapa teori yang menyebabkan terkadinya pamor ini, yang pertama adalah karena ada gumpalan komposisi pamor yang memadat sehingga ketika bilah terkorosi maka pamor tetap, sehingga menonjol keluar. Yang kedua gumpalan pamor tersebut keluar dari sela bilah. Gumplan pamor tersebut berbentuk seperti tetesan air, atau ada yang menyebut seperti "tahi lalat".
Entah kenapa pamor munggul hanya disukai kalangan tua dan tidak banyak cerita isoteri atau khasiat nya. Apakah karena sesuatu yang dalam, atau karena tidak "dekoratif" saja seperti pamor yang lain seperti pamor akhodhiyat atau pamor raja gundala.mungkin dari namanya yang secukupnya "munggul" kita bisa meresapi makna dibaliknya, tidak se seram nama raja gundala atau akhodhiyat. Jika dirunut keatas semakin tua nama pusaka atau pamor semakin sederhana dan dalam juga namanya. Semakin muda semakin "vulgar " Sebutlah KKA Kopek, K. Dukun, K. Bedhudak, K. Slamet. K. Pacar Dst. Nama nama yang lebih "muda" terkesan lebih sangar sebutlah K. Wisa Dahana. K. Kalamercu , K. Jaka Pengasih, K. Teja Warih milik ustadz Salim A. Fillah Empat dst. Kadang dari nama saja para sesepuh di kraton sudah tahu apakah nama itu nama kuno, nama nem neman ,nama baru atau nama yang dibuat buat tanpa kaidah. Apakah begitu juga nama dhapur dan pamor?
Semoga tulisan yang kacau ini bermanfaat, dalam kurun beberapa tahun ini rekan rekan perkerisan sudah mau me uliskan pengetahuan dan atau pengalamannya, sebuah kemajuan bagus yang patut diapresiasi, tetap semangat dan jangan putus asa.
Terlampir sebilah tombak lurus , bertangguh mataram amangkurat dengan pamor ngulit semangka dan wahyu tumurun pada sorsorannya, serta titipan kemungkinan pamor munggul pada methuknya.
Selasa, 15 Februari 2022
Pamor untu walang.
Salah satu pamor yang tergolong langka untuk tangguh sepuh, eh alhamdulillah masih menangi juga melihatnya di sebilah keris bertangguh pajajaran, dengan tintingan besi yang nyaring garing satu dua kali melihat keris sepuh dengan pamor untu walang biasanya bilahnya terkesan "ketuaan" alias wingit, proporsi bilahnya selalu seperti seorang orang tua yang kurus berbalut pakaian jawa rapi. Jarabng yg bilahnya gagah pideksa. Entah kenapa, apa karena memang tangguh tua dan pamor pamor klasik yg dihadapkan kewibawaannya atau mungkin ada perlakuan khusus kepada kerisnya, wallahualam. Kerisnya saya dapat belum kamanungsan, suasananya masih terjaga baik, dibalut juga dengan warangka yang bisa dikatakan terbuat dari kayu yang baik, peletnya jangkep dsri drpan, tengah dan belakang tak lupa menggunakan deder tayuman burus. Dengan kondisi seprti ini apakah sebelumnya keris ini dipusakakan ya? Sehingga mendapat perabot pusaka. Selamat siang sederek sekalian semoga hari ini semuanya lancar dan kita bahagia atas apa yg kita miliki dan kita angankan.
Langganan:
Postingan (Atom)